Foto bersama tim LAKARA dan Sekolah AMERTA
BEKASI - Pada hari Minggu (2/07/2023), Tim dari LAKARA memulai hari pertama aktivitas mereka di Sekolah Amerta tepatnya di Kampung Rongsok, Bintara, Bekasi. Tema kali ini adalah ‘Mengenal Cyberbullying” yang dibawakan oleh Ms. Prischa Nova, M. Psi. Acara ini dipandu oleh Nikita Ramadhania, dibantu dengan rekan-rekan LAKARA lainnya, dan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yaitu pada pukul 16.00 WIB. Dihadiri oleh 27 anak yang sangat semangat, membuat suasana dari kegiatan ini sangat menyenangkan. Acara ini dimulai dengan Ms. Prischa yang menampilkan Slide dari Powerpoint yang berisikan mengenai materi tentang cyberbullying. Selain itu, ada juga tampilan video yang berhubungan langsung dengan materinya. Setelah pemaparan materi, ada sesi tanya jawab berhadiah. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti sesi tanya jawab dan berlomba-lomba untuk mendapatkan hadiah tersebut yang berupa 2 buku, dan 2 pulpen.
Cyberbullying adalah tindakan perundungan yang dilakukan dalam sosial media. Cyberbullying ini seperti berbicara yang menjelekan seseorang lewat kolom komentar di sosial media atau lewat game online. Dilansir dari timesindonesia.co.id, Cyberbullying atau Perundungan pada dunia maya semakin marak terjadi di Indonesia. Menurut data dari UNICEF pada tahun 2022, sebanyak 45% dari 2.777 anak Indonesia telah menjadi korban cyberbullying. Dampak dari adanya tindakan cyberbullying ini sangat besar “Dampak yang didapat luas banget sebenarnya, bukan fisik namun secara emosional memberikan dampak apalagi dalam psikologis ketika dikata-katain orang membuat diri menjadi tidak berharga dampaknya bisa kecemasan,bisa anxiety atau bisa sampai depresi mungkin bisa sampai bunuh diri” tutur sang narasumber.
Ms Prischa Nova, M. Psi. ketika sedang menerangkan materi
Penggunaan handphone sangat perlu didampingi oleh orang tua, adanya internet dan perkembangan teknologi sifatnya bisa membawa hal positif dan juga negatif. “Beberapa orang tua bilang artinya saya tidak usah memberi anak saya handphone bukan gitu konsepnya tapi lebih perlu pendampingan. Teori mengatakan ada baiknya umur berapa anak menggunakan gadget tapi sebenarnya bukan itu intinya karena pendampingan jauh lebih penting.” Ucap Ms. Prischa. Ia juga menambahkan bahwa semua orang berperan dalam mengawasi penggunaan handphone, tidak hanya orang tua, namun dosen, guru, pemerintah, dan lain-lain perlu melakukan pengawasan.
Ibu Ilah (35) yang merupakan orang tua dari Raissa (10), salah seorang anak didik di Sekolah AMERTA menyatakan bahwa anaknya dulu sering menggunakan handphone, namun sekarang jarang. “Paling dia mah sebentar-sebentar main HPnya, ga sampai berjam-jam. Lebih sering main sama temen”, tutur beliau. Biasanya, anak dari ibu Ilah ini dalam menggunakan handphone, lebih sering digunakan untuk bermain game dan menonton video Youtube. Beliau juga sering memperhatikan anaknya ketika memainkan handphone, ditakutkan membuka hal-hal yang tidak baik dan juga memberikan batasan agar tidak berlama-lama dalam menggunakan handphone supaya mata tidak rusak. Ibu Ilah mengaku tidak tahu mengetahui terkait cyberbullying sama sekali pada awalnya, namun setelah adanya acara ini, beliau mulai mengerti akan cyberbullying. Ia juga mengaku kesal bila apabila anaknya terkena cyberbullying.
Nur, Nabilla, dan Pebri yang merupakan anak didik di sekolah Amerta
Nur (13), Nabilla (10), dan Pebri (8) merupakan anak didik di sekolah tersebut yang sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran di Sekolah AMERTA. Mereka jarang menggunakan HP, dan lebih sering bermain bersama dengan teman-teman diluar seperti bermain masak-masakan, benteng-bentengan, petak umpet dan permainan lainnya. “Kalo main HP, biasanya main game stickman, nonton Youtube sama Tiktok” ucap mereka serempak. Ketiga anak ini juga mengaku jarang memperhatikan komentar di sosial media, mereka lebih cenderung fokus memperhatikan kontennya saja.
Ada beberapa harapan kedepannya dari beberapa narasumber di lokasi acara. Ms. Prischa berharap dengan beliau memaparkan materi selama 1 jam saja, dampak kecil yang ia berikan suatu saat nanti akan bisa menjadi dampak yang besar. Harapannya juga kita semua dapat mengambil bagian untuk mencegah bullying dan seterusnya sampai kapanpun. Dari Ibu Ilah, ia berharap agar ia kedepannya bisa lebih mengawasi anaknya dalam penggunaan handphone agar anaknya bisa terhindar dari cyberbullying. Kemudian dari ketiga anak tersebut, mereka berharap agar teman-teman disekitarnya tidak melakukan perundungan terhadap sesama.
Comments